Dzikr dan ‘Ilmu Hudhuriy 3

Samudera Sholawat
Syaikh Syilbi mengatakan; "Aku berkata dan Aku mendengar dan adakah yang lain di kedua dunia ini selain aku?"
‘Ashalah al-wujud, - bahwa yang Real dan Hakiki Ada hanya Tuhan (baca pula; wujud an sich)-, jelas mentahkik ke-khayal-an semua kejamakan yang nampak. Alam, - langit maupun bumi, dunia maupun akhirat, immaterial maupun material-, tidak real. Tidak mempunyai ‘ashalah. Alam(baca pula; selain Tuhan) hanya memiliki wujud kopulatif dalam alam mental. Inilah yang disebut Imajinasi Teofanik. Penciptaan dalam Khayalan Tuhan. Maka, tidak ada penciptaan dalam artian Tuhan menciptakan hal-hal yang benar-benar ada sebagaimana adanya Diri-Nya. Mahiyyat bi jaal-i-ja’il nist.Fa’il-i-faa’il khilafi qabil nist. (Mahiyyah (baca pula; keapaan) tidak diciptakan oleh Pencipta. Perbuatan dari pelaku tidak bertentangan dengan "bakat").
Karena Tuhan adalah wujud an-sich, maka Ia mesti meng-ada. Ke-mestian terawal Ia meng-ada, -yang mungkin disebut Qudrah-, adalah Jauhar / Substansi Pertama (baca pula; (Nur) Muhammad) yang ter"cipta" atau "muncul" dalam Khayalan Tuhan tentang Diri-Nya. Maka terdapat "dua" sesuatu, Allah dan Muhammad. Dari "dua" sesuatu ini, muncul Khayalan-Nya akan (Allah, Muhammad) dan (Muhammad, Allah), dan muncul khayalan Muhammad tentang dirinya sendiri. Hingga muncullah "lima" sesuatu. Dan seterusnya muncullah alam yang mahajamak ini dalam Khayalan-Nya. Sekuen logis nir-ruang dan nir-waktu ini disebut dengan emanasi (al-ibda`).
Maka, Segala Yang Ada Subyek dan Obyeknya Ia Semata. Ia - lah Yang Mencipta dan Ia - lah Yang Dicipta. Ia - lah Yang Mengetahui dan Ia - lah Yang Diketahui. Ia - lah Yang Memuji dan Ia - lah Yang Dipuji. Maka benarlah perkataan Syaikh Syilbi di atas; "... adakah yang lain di kedua dunia ini selain aku?"
Sebagaimana hakikat ilmu adalah kumpulan intellegebles, hakikat penciptaan - pun adalah intellegebles. Seluruh penciptaan ada dalam alam mental. Tidak mempunyai ‘ashalah. Tidak mempunyai akar kenyataan. Mungkin ini-lah yang pernah dinyatakan oleh ‘Allamah Sayyid Sir Muhammad Iqbal; Hakikat seluruh kehidupan adalah ruhaniah. Tak lain perjalanan ruhaniah adalah perjalanan manusia sebagai khayalan Tuhan dalam khayalannya (baca pula; alam mental / pikirannya) sehingga dalam dirinya Tuhan menemukan satu aspek Kesempurnaan Perwujudan-Nya. Maka sungguh sebaik-baik dzikr, adalah yang menggerakkan manusia untuk menyadari Kesatuan Subyek dan Obyek dalam segala yang maujud. Dan inilah hakikat Sholawat .
Berulang-ulang melantunkan Sholawat artinya, membuat batin semakin yakin bahwa Allah-lah satu-satunya yang Ada dan tiap saat, tiap waktu di tiap ruang Ia senantiasa memuji bayangan diri-Nya sendiri, tak lain adalah Muhammad. Dan Ia senantiasa bersholawat di mata kita, di kelopak mata, di gendang telinga dan di segenap pori dan sel.
Berulang-ulang melantunkan Sholawat artinya, membuat batin sadar kembali bahwa hanya Allah-lah Sang MahaAku, sedang Muhammad ada dalam fikiran, juga sekalian alam. Maka benarlah kata Mansur Al-Hallaj; "Ana Al-Haqq" . Dan benar pula kata seorang wali, " Aku dari Allah, dan Allah dari aku, dan akulah mu`min yang paling afdhol."
Berulang-ulang melantunkan Sholawat artinya, meng-hadir-kan Subyek dan Obyek semua ‘ilmu dalam batin kita. Sehingga mungkinkah kita merasakan seperquadrilliun dari suatu riwayat; "Ditunjukkan pada kami benda-benda sebagaimana adanya pada hakikatnya"
Berulang-ulang melantunkan Sholawat artinya, lebur dalam melodi Kesedihan Tuhan Yang Azali, -Hasrat-Nya untuk mengenali diri-Nya Sendiri. Tak ada Pelaku lain selain Ia sendiri.
Mungkinkah Tuhan tidak terbingungkan oleh kemahajamakan khayalan-Nya? Mungkinkah Tuhan tidak terbingungkan oleh kemahalawanan Sifat-SifatNya? Mungkinkah Tuhan tidak tenggelam dalam Samudera Nama-Nama - Nya Sendiri? Sholawat akan menjawab, mungkin!
Hanya Ia Sendiri-lah tujuan semua dzikr dan doa. Sebagaimana hanya Ia Saja-lah Sang MahaPelaku. Sebagaimana yang dirintihkan dalam sebuah doa; Wa anta ghooyatul mas`uul wa nihaayatul maamul. Dan Engkau Sendiri, Ya Allah, tujuan doa ini dan nihayah (tujuan akhir) dari harapan-harapan. Maka Yaa Allah, kabulkanlah doa - doa kami ini, wujud-kanlah "Kullu syai`in haalikun illa wajhahu" dalam batin yang penuh kegelapan ini dengan Sholawat-Mu.
Maka kata seorang penyair;
garputala lain, garputala lain, maka udara di atas air pun enggan bergetar merdu
dalam rogga gitar ada gitar, maka senar-senar pun tak membuat udara bergetar merdu
bak istri yang maha pencemburu, Kau Takkan Menampakkan Merah bibirmu jika dimadu
tapi jika di bola mata ku Kau lihat hanyalah Wajah-Mu, maka Kau pun merekah tersenyum semanis madu
wallohu a’lam bish-showwab

0 Comments:

Post a Comment